Lebaran tahun 2008 ini bertepatan dengan tahun 1429 H. Tanpa terasa sudah lebih dari 10 kali saya harus melakukan perjalanan mudik untuk merayakan Idul Fitri di kampung halaman saya di Desa Negera Saka, Pesawaran, Lampung. Sejak tahun 1996, saya selalu melakukan perjalan mudik setiap Idul Fitri tiba. Tahun 1996 sampai tahun 2002, saya melakukan perjalanan mudik dengan menggunakan kendaraan umum. Sejak tahun 2003 sampai 2008 kemarin, saya melakukan perjalanan mudik menggunakan Sepeda Motor. Capek sih……… tetapi seru dan menyenangkan. Pada tahun 2004, saya sempat mengalami kecelakaan pada saat mudik, tepatnya di daerah Tarahan - Lampung Selatan, dikarenakan jalan yang bergelombang dan menurun. Namun kecelakaan tersebut tidak membuat saya jera atau kapok untuk mudik menggunakan Sepeda Motor.
Seperti lebaran tahun 2008 ini, saya pulang bersama sepupu menggunakan sepeda motor. Kami menggunakan 6 buah sepeda motor. Kami memulai perjalanan sekitar pukul 05:30. Sampai di Merak pukul 07:00, masuk kapal pukul 09:30 tiba di Bakauheni pulul 12:30, sampai dikampung halaman pukul 16:30. Perjalanan dari Bakauheni ke kampung halaman jika tanpa istirahat dapat ditempuh dalam waktu 2 jam 30 menit. Tetapi, saya banyak istirahat karena menunggu rombongan lainnya yang pisah kapal.
Kami sampai di Pelabuhan Merak – Banten pukul 07:00. Ternyata antrian sudah mencapai luar pintu gerbang Pelabuhan Merak. Tapi yang namanya motor selalu ada jalan. Lewat trotoar atau selap-selip diantara antrian Mobil, akhirnya saya dan rombongan sampai di pakriran Pelabuhan Merak. Ternyata lagi, di sana sudah terdapat banyak motor yang sedang antri. Diperkirakan ada ratusan ribu motor yang ikut parkir…….. maksudnya ikut antri diparkiran Pelabuhan Merak untuk beli Tiket dan masuk Kapal. Saya ambil inisiatif untuk mengkolektif pembelian tiket. Satu orang turun untuk beli tiket di loket, setelah dapat dibagian ke anggota rombongan. Setelah masing-masing memegang tiket, tantangan berikutnya adalah bagaimana caranya bisa masuk kapal secepat mungkin. Antrian benar benar mati, tidak bergerak selama kurang lebih 30 menit. Maju sedikit, benhenti kembali. Panas dan melelahkan, tapi seru. Ada pengendara yang sambil antri mendengarkan MP3 dari HP, ada yang sambil telepon atau SMS, ada anak-anak yang berdiri di atas motor, ada bayi yang tidur, ada anak yang menangis, ada yang merokok, ada yang mengabadikan peristiwa dengan kamera HP atau kamera digital, ada juga yang meninggalkan motor sejenak untuk berteduh dan banyak lagi aktifitas yang dilakukan sambil menunggu antrian.Tapi ditengah antrian saya tidak melihat ada Wartawan atau pejabat pemerintah daerah seperti Gubernur atau Bupati, atau mungkin saya yang tidak mengenal mereka. Maunya sich… ketemu wartawan lalu diwawancara sebentar, kemudian diberi hadiah. Tapi selama mudik dari tahun 1996 sampai 2008, tidak pernah bertemu wartawan atau reporter yang memberi hadiah, seperti yang sering terlihat di Televisi. Ternyata tayangan Televisi tak seindah kenyataannya. Yang terlihat adalah petugas pelabuhan dan aparat kepolisian yang sedang mengatur antrian. Tapi sepertinya mereka kewalahan mengatur antrian Sepeda Motor yang memang bejibun.
Sedang antri bersama motor lainnya terlihat di barisan antrian mobil pribadi, lancar……… Beberapa motor meluncur ikut antri bersama mobil. Saya juga ikut masuk antrian mobil pribadi, diikuti motor pemudik lainnya. Lancar…… Tapi didepan, dicegat polisi… dipaksa untuk putar balik. Tetapi sudah tidak bisa lagi karena dibelakang sudah tumplek ribuan motor yang ikut antri. Polisi akhirnya menyerah dan dibuat lagi lajur antrian sepeda motor. Sekita 30 menit, ka mi dapat giliran untuk masuk kapal dan berhasil…… Yeah…… akhirnya saya bisa masuk kapal, tanya rombongan lainnya, ternyata hanya 3 motor yang bisa masuk dalam 1 kapal, 3 motor lainnya masih asik antri bersama ribuan motor pemudik lainnya. Kami sepakat untuk menunggu di Rumah Makan Tiga Saudara Kalianda – Lampung Selatan. Karena dirumah makan tersebut, setiap mudik kami selalu mampir untuk beristirahat, sambil menikmati Pindang Patin.
Setelah diatas kapal TITIAN MURNI, ternyata sudah banyak motor yang terlebih dahulu masuk. Padat dan sesak, berjalan saja sulit. Muncul tantangan baru untuk cari kursi, tapi sudah dapat dipastikan tidak ada kursi yang kosong, akhirnya duduk di pinggil gladak kapal, beralaskan lembaran koran yang dibeli Rp. 1000 untuk 2 lembar koran bekas (8 halaman). Biasanya kalau bukan musim mudik, banyak penjual makanan ringan, teh, kopi atau nasi rames. Tapi kali ini sepi, yang ada hanya penjaja koran bekas untuk alas duduk, itupun tidak banyak. Mungkin sudah tidak adalagi tempat berjualan atau lorong yang kosong karena sudah penuh oleh pemudik untuk tujuan Pulau Sumatera.
Sampai di Pelabuhan Bakauheni – Lampung pukul 12:30, melanjutkan perjalanan, istirahat di Rumah Makan Tiga Saudara sambil menunggu rombongan lainnya tiba. Pukul 14:00 keluar dari Tiga Saudara, melanjutkan perjalanan kembali. Akhirnya kami tiba di kampung halaman pukul 16:30. Lega rasanya bisa melewati perjalanan mudik bersepeda motor dengan selamat….. Capek……… Puas………. Tidur……… zzz…. Zzzz…. Zzzz